Pada usia 63 tahun, Sumanang, yang kerap disapa Apih, adalah pensiunan Guru Sekolah Dasar yang mash aktif menjadi penyiar di radio komunitas Rbamba. Biasanya, ia siaran dua kali dalam sepekan masing-masing berdurasi empat jam di malam hari. Mulai dari pukul 20.00 hingga tengah malam. Baginya, rasa kantuk bukan gangguan lantaran Apih memutar lagu-lagu Sunda favoritnya dan bicara soal kesenian Sunda. Hal yang ia minati seumur hidup. Selain menikmati waktu dengan siaran radio, Apih juga membentuk grup pecinta musik pop sunda dan grup tari Sunda yang biasa tampil pada upacara adat di desa tempat tinggalnya.
Apih adalah gambaran dari adagium life long learner. la perantau asal Sumedang yang menetap di Balaraja, Tangerang, Banten sejak 1982. la melalui 41 tahun hidupnya dengan bekerja sebagai guru dan kepala sekolah di salah satu Sekolah Dasar di Balaraja.
Panggilan hidupnya adalah berbagi ilmu dan pengetahuan.
Ketika mash menjadi guru, ilmu yang sebagian besar dibagikan adalah mata pelajaran sekolah. Sekarang, pengetahuan yang Apih bagi terhadap sesama lansia adalah cara memilah dan memilih informasi. Apih sangat menyadari bahwa sebagai lansia, ia kesulitan membedakan informasi yang benar dan keliru. "Terutama ketika masa-mas a mendekati pemilu," kata Apih. Pada momen-momen tersebut, konten hoaks berseliweran di media sosial yang Apih gunakan.
Pasca pemilu, Apih kerap menerima pesan-pesan penipuan daring di ponselnya. Sekali
waktu, ia terjebak. Mentransfer sejumlah dana dan jadi korban penipuan. Ketika membuka
YouTube, Apih menemukan banyak informasi dari orang-orang yang ia pandang kredibel
namun menyampaikan konten kontroversial yang sulit ia buktikan kebenarannya.
Apih merasa beruntung ketika Tular Nalar bekerjasama dengan radio komunitas Rbamba untuk mengadakan kegiatan pelatihan bagi para lansia yang bertujuan
mengenali hoaks.
"Saya jadi lebih peka terhadap berita dan merasa ilmu dari Tular Nalar harus disampaikan ke rekan terdekat. Baik itu keluarga atau rekan sejawat," kata Apih.
Setelah mengikuti pelatihan Tular Nalar, setiap kali siaran radio, Apih senantiasa mengingatkan para pendengar agar selalu waspada terhadap informasi yang diterima di media sosial dan media massa. "Jangan tergesa atau panik ketika menerima informasi," katanya. la memahami kelemahan rekan sesama lansia yang cenderung menyebarkan informasi tanpa terlebih dahulu melakukan verifikasi. "Saya bilang, kebenaran yang masih diragukan itu bisa mencelakai orang lain," lanjut Apih.
Ia merasa saat ini arus informasi menjadi lebih cepat. Oleh karena itu upaya melindungi sesama dari serangan informasi yang keliru, perlu terus dilakukan. Di Akhir wawancara, Apih menambahkan, "Berusaha sampaikan ilmu melalui media sosial lewat siaran Live agar lebih banyak penonton yang menangkap. Terutama lansia yang mendengarkan kita."